Tentang Seorang Pria

on Sunday, August 16, 2009

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut, dengan badannya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.

Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk?? ?" demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda.
Sang ayah menjawab, "Karena aku lelaki".

Anak perempuan itu menggumam "Aku tidak mengerti", dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti. Ayahnya hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata, "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki ". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena perasaan ingin tahunya, dia menemui ibunya lalu bertanya, "Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? sepertin ya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???".

Ibunya menjawab, "Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga, itu memang akan demikian". Hanya itu jawaban sang ibu. Sampai anak itu tumbuh dan menjadi dewasa, tapi dia masih tetap mencari- cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya bungkuk??

Hingga suatu malam dia bermimpi. Dalam mimpinya, seolah- olah dia mendengar suara yang lembut tetapi kata-katanya terdengar jelas. Ternyata, suara itu merupakan rangkaian jawaban pertanyaannya selama ini yang selalu dia cari:

"Saat AKU ciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan dia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh, dan terlindungi" .

"AKU ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya, dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya" .

"AKU beri kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali mendapat cercaan dari anak-anaknya" .

"AKU berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah. Demi keluarganya, dia rela kulitnya tersengat panasnya matahari. Demi keluarganya, dia rela badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin. Dia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya".

"AKU berikan kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan, yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya".

"AKU berikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, dalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaan dan hatinya. Padahal, perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman di saat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara".

"AKU berikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya" .

"AKU berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran, bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup di saat suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan, dan saling melengkapi serta saling mengasihi".

"AKU berikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup dalam keluarga bahagia, dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan bahwa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, serta kesungguhannya, demi kelanjutan hidup keluarganya" .

"AKU berikan kepada lelaki, tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat."

Terkejut anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut, dan berdo'a, sampai menjelang subuh. Setelah itu, dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.

"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"

0 comments:

Post a Comment